Tuesday, June 7, 2022

Memaafkan


Kata memaafkan  berlawanan dengan maknanya dengan dendam, sakit hati dan menyimpan rasa kecewa didalam hati.

Hampir tidak ada orang di dunia ini yang hidup tanpa pernah sakit hati dan di kecewakan oleh orang lain selama ia hidup bersama dan berhubungan dengan oang lain. Bahkan kita mungkin juga sering atau pernah mengecewakan orang lain. Bila kita dikecewakan oleh orang dan kita berhenti berhubungan dengan orang itu maka urusan selesai. Cukup sekali kita di sakiti. Lalu bagaimana jadinya bila kita di kecewakan oleh orang itu sementara kita masih harus berhubungan dengan orang itu? Karena hubungan keluarga, pekerjaan, pertemanan di kantor yang kita memang tidak bisa menghindarinya. 

Bila seseorang menyakiti kita, memang rasanya tidak mudah mudah kita memaafkannya begitu saja. Kok enak banget sih, gue di sakiti dan dia enak-enakan di maafkan dan tidak punya dosa? Tidak, aku tak akan memaafkannya sampai kapanpun! Dia tak pantas di maafkan! Kata-kata tesebut sering hinggap di hati kita bukan? Atau mungkin pernah terlintas barang sekali dua.

Ketahuilah,sebenarnya menyimpan dendam dan kecewa itu bagaikan membawa karung yang penuh dengan paku yang nempel di badan kita dan di bawa kemana-mana. Rasanya berat banget bukan? Sudah karungnya penuh, yang di bawa pun tajam. Sangat rawan melukai kita.Setiap hari kita akan merasakan beban yang luar biasa berat. dan paku-paku itu juga siap menancap di tubuh kita dan melukai. Sungguh sangat menyakitkan. Tidak ada cara yang lebih baik dari memperlakukan karung tersebut. Buang saja dan berikan ke bapak tukang, mungkin bermanfaat baginya. 

Memaafkan adalah satu-satunya cara melepaskan beban tersebut. Dengan memaafkan kita sudah berdamai dengan diri sendiri. Kita sudah menjadi teman dan dokter bagi diri sendiri. Dengan berdamai dengan diri sendiri kita juga pada dasarnya telah berdamai dengan orang lain. Toh orang yang menyakiti kita belum tentu memikirkan kita dan kesalahannya pada kita. Jadi buat apa kita mikir terus tentang kesalahan orang lain, sementara kitanya juga tak pernah luput dari kesalahan. Bahkan mungkin kesalahan kita lebih banyak ketimbang kesalahan orang lain. Dan apa jadinya bila kesalahan kitapun tak di maafkan orang lain? Akan sseperti apa nasib kita di akhirat kelak bila kita mati masih membawa segudang dosa yang tak pernah termaafkan?

Memaafkan membuat kita hidup lebih bahagia, membuat kita lebih mudah bergaul dengan orang lain dan pastinya mungkin kita akan mudah di maafkan  oleh orang lain. Memaafkan membuat kita hidup lebih sehat dan panjang umur. Jadi tunggu apa lagi?



Thursday, June 2, 2022

 


                                                             Syukur



Alhamdulillah. Puji syukur ku kepada Allah, Tuhan pencipta semesta alam dan diri ini. Hari ini aku bangun dengan penuh semangat. 

Pukul 3.40 pagi seperti biasa, aku sudah tidak bisa tidur bila kondisi fit dan tidak kelelahan di hari sebelumnya. Rasanya kepingin pipis tapi masih ku tahan.  Terlentang tidak enak apalagi tengkurap. Aku masih ingin bermalas-malasan dulu sambil mengucap terimakasih  kepada Allah atas dikembalikannya nyawaku yang semalam di pinjam melanglang di alam mimpi. Kubuka sedikit jendela di sebelahku. Ritualku bila bangun tidur agar udara didalam yang penuh karbondioksida segera berubah jadi segar dengan udara luar. Entah mengapa aku suka berkeringat segera setelah bangun. Untuk menetralkannya aku mencari udara luar yang segar ketimbang menyalakan AC. Bila kedinginan aku tinggal menutupnya rapat.

Aku menyebut nikmat Allah hari ini penuh kesyukuran. Aku melihat suamiku masih berada di sebelahku dalam keadaan sehat, barang-barang di sekitarku aman. Suasana yang hening, sepi, bebas dari hiruk pikuk  suara gaduh dan bising. Keadaan yang aman, damai, tidak dalam suasana perang yang mencekam adalah nikmat Allah yang tiada tara. Aku menyebut satu persatu karunia yang kurasakan seharian kemarin. Aku juga  melatih senyum di awal hari agar mood seharian nanti juga penuh senyum.😊😄

Aku bisa tidur siang dengan nikmatnya, berbicara dalam sambungan telpon dengan mas Adit, Ibu Maria Sumakul,penulis buku coding yang tulisannya di tangani penerbit mayor dan Kabid Diknas pak Barlin perihal buku. Beberapa rencanaku berubah atas kehendak Allah. Aku yakin ini skenario Allah yang terbaik. Aku jalani dengan penuh sukacita dan bahagia.

Terimakasih ya Allah. Semoga Engkau melimpahkan rasa syukur dan  kebahagiaan dalam diriku senantiasa.


Samarinda, 2 Juni 2022