Tuesday, November 30, 2021

Mengajar Itu Menyenangkan

  

Hampir dua tahun berlalu, pandemi covid telah mampu memporak-porandakan kehidupan di negeri ini bahkan seluruh dunia mungkin. Mulai dari kehidupan sosial, budaya terlebih ekonomi dan dunia pendidikan. Ia telah mampu memisahkan dan membuat jarak antara guru dan murid, guru dan orang tua bahkan sanak kerabat di luar kota dan pulau. Kerinduan kepada sanak keluarga di kampung atau di kota lain hanya bisa di bayar dengan sambungan video call untuk melihat wajahnya. Bahkan untuk melihat wajah murid pun juga harus dengan gaya LDR, Long Distance Relationship. Cieee.. kayak orang pacaran aja. Kita hanya bisa melihat wajah mereka di kelas virtual zoom meeting atau g-meet. Tentu saja keakraban yang di bangun secara virtual itu tidak sama dengan keakraban  bila berhubungan secara langsung di sekolah.Suasana serba canggung dan terbatas.

Namun semua itu terobati dengan adanya Pertemuan  tatap muka terbatas PTM. We looks like  chicken come out from the stall.Tetapi kegembiraan itu tetap harus terbatas juga. Anak-anak tidak boleh salim, tidakbolehdekat--dekat, tidak boleh perlihatkan wajah penuh karna harus pakai masker. Sekolahpun kita masih semi LDR, bila tidak maka kita akan terkena pasal dan  jadi masalah. 

Jumlah siswa yang masuk di batasi, durasi waktu belajarpun hanya setengah kali dari biasanaa, 20 menit perjam. Siswa tetap pakai masker. Dalam kondisi begini belajar bahasa apalagi bahasa Inggris, apakah itu efektif? Sungguh tantangan yang luar biasa. Belajar vocabulary, berbicara  sungguh tidak mungkin apalagi pronunciation  amatlah buruk karena ucapan mereka tidak jelas karena tertutup masker. Belajar reading comprehension, bosan kalau itu aja terus. Ketika mau membaca nyaring terkendala lagi dengan masker karena pengucapan tidak jelas, apalagi setelah satu tahun lebih tak belajar mengucap. Sungguh sulit. Lalu bagaimana mengatasi problem belajar seperti itu?

Waktu saya mengikuti kelas webinar public speaking dengan pembicara pak Charismiaji gelaran PGRI Omjay dari Labschool. Beliau mengatakan dimasa seperti mengapa siswa tidak di berdayakan  belajarnya dengan metode Project Based Learning? Hatiku tersentak, iya juga ya. Kenapa tidak. Wah ini ide yang bagus.

Akhirnya aku mencari sumber referensi tentang metode PjBL dari berbagai sumber dan memikirkan materi apa yang layak untuk metode tersebut. Akhirnya pilihanku jatuh pada bahan ajar Prosedur. Ini pasti tepat untuk siswa aktif dalam belajar.

Dan benar saja, meski belum sempurna perencanaannya saya memberikan opening teks Prosedur Recipe dengan vocabulary terlebih dahulu dengan gambar dan kata2, dimana siswa harus menjodohkannya untuk menemukan istilah dalam memasak dan putarkan video. Setelah itu saya membuat pertanyaan besar sebagaimana teori PjBL, bagaimana cara membuat resep. Jederr. Singkat cerita, para siswa akhirnya secara berkelompok tiga orang membuat resep masakan dalam bahasa Inggris.Sementara itu saya masih memikirkan hal apa lagi yang harus saya lakukan untuk siswa setelah itu, tentu project itu tidak seru bila hanya sampai disitu. Akhirnya saya putuskan mereka harus buat videonya dan setiap kelompok mengupload hasil karya tulisan mereka di padlet sehingga semua kelompok bisa lihat. 

Setelah semua selesai, siswa duduk berkelompok lagi saya memberikan resep baku yang benar, meminta mereka mempelajari dan kemudian mereka mereviu pekerjaan kelompok lain. Wow, ini kegiatan yang seru sekali. Mereka senang bisa dapat kepercayaan mereviu dan merevisi. Hasil reviu di berikan kepada kelompok yang di reviu dan kelompok tersebut harus memperbaiki kesalahan mereka.Yang ini lebih seru lagi karena pekerjaan mereka bukan di obok-obok gur tapi oleh mereka sendiri dan hasil revisinya di upload lagi di padlet stelah itu kita bersama-sama melihatnya kembali.



Project ini betul-betul telah membuat siswa aktif karena mereka mengerahkan semua kemampuan mereka untuk mencari, menemukan, membuat, mempresentasikan sebagaimana pendekatan dalam discovery learning. Kabar baiknya mereka enjoy dengan  kegiatan mereka selama pembelajaran dan mereka dapat ilmunya. Mereka terlihat sangat senang hasil karyanya di tampilkan apalagi video mereka di tonton bersama di kelas. Meskipun pembelajaran ini memakan waktu yang cukup lama namun mereka senang dan puas. Bila siswa senang dan puas dalam belajar maka apalagi yang kesenangan yang di cari guru?

Terimaksih anak-anakku.Kalian sudah bekerja keras dalam belajar dan membantu ibu mengajar denag menyenangkan.

Samarinda, 30 November 2021










No comments:

Post a Comment